Rabu, 02 Januari 2008

Takdir Manusia

Refleksi Tahun Baru
Oleh Jamaluddin Mohammad

Ada beberapa persoalan yang mengendap dalam pikiran saya selama setahun belakangan. Terutama yang terkait dengan kepemimpinan SBY-JK. Sepanjang pemerintahan SBY-JK, Indonesia di dera pelbagai macam musibah dan bencana:tsunami dan gempa bumi, kecelakaan kapal terbang, kereta api, kapal laut, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, gunung meletus, sampai lumpur lapindo.

Pemerintahan SBY-JK juga masih mewarisi patalogi kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan segudang penyakit bangsa lainnya. Nampaknya, di bawah kendali SBY-JK, Indonesia masih belum beranjak dari posisi semula. Problem yang menghimpit bangsa ini masih berputar-putar dalam pusaran yang sama.

Ada dua sudut pandang teologis untuk membaca problem bangsa Indonesia. Pertama, pandangan Jabariyah yang mengatakan bahwa problem yang mengepung bangsa Indonesia adalah “takdir Tuhan”. Sejak permulaan waktu yang tidak dapat dipastikan (zaman azali), Tuhan punya rencana dan sekenario untuk bangsa Indonesia. Manusia Indonesia hanya bisa bergerak dan mengikuti berdasarkan rencana dan sekenario itu. Kita tidak boleh usul, protes, apalagi berkeinginan untuk merubahnya.

Sudut pandang kedua berkebalikan dengan yang pertama. Mereka menyebut bahwa Tuhan tidak ikut campur dengan persoalan yang menimpa bangsa Indonesia. Manusia Indonesia sendiri yang menyusun rencana, berbuat dan bertindak. Apa yang dialami bangsa Indonesia saat ini merupakan buah dari rencana, tindakan, dan perbuatan itu. Dengan kata lain, problem bangsa Indonesia bukanlah “takdir Tuhan”, melainkan “takdir manusia”. Mereka disebut Qadariyah.

Dari kedua sudut pandang (cara berpikir) di atas melahirkan tindakan dan penyelesaian yang berbeda-beda. Yang pertama cenderung statis, menunggu dan menerima segala tantangan-tantangan dan kejadian-kejadian yang datang dari luar. Sangking besarnya perhatian mereka terhadap “kekuasaan Tuhan”, sehingga tidak menyisihkan sedikitpun, bahkan menafikan “kekuasaan manusia”. Cara berpikir seperti ini menghinggapi banyak orang Indonesia.

Sementara yang kedua cenderung aktif, progresif, dan menganggap segala sesuatu sebagai “kemungkinan-kemungkinan” yang harus terus dihadapi dan diperbaharui. Apa yang disebut orang sebagai “takdir Tuhan” sebetulnya hanya bagian dari hukum alam yang diciptakan Tuhan. Dengan belajar dan mempelajari hukum alam, manusia bisa menciptakan takdirnya sendiri.

Karena itu, menurut pandangan Qadariyah, musibah dan bencana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini bukanlah muncul secara tiba-tiba dan tanpa sebab sama sekali. Ia diakibatkan oleh keserakahan manusia ketika berhadapan dengan alam. Begitu juga ketika menghadapi problem-problem kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, adalah diakibatkan oleh kesalahan manusia dalam mendesain sekenario yang tepat untuk bangsa Indonesia.

Lantas, apa yang harus dilakukan bangsa Indonesia di tahun 2008 ini? Indonesia butuh manusia-manusia yang bisa menciptakan takdirnya sendiri: orang-orang yang kreatif, inovatif, progresif, dan berani menghadapi kenyataan sebagai sebuah kemungkinan yang menuntut untuk terus dihadapi dan diperbaharui. Wallahu a’lam bi sawab.

Tidak ada komentar: